NAGEKEO - Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) berkunjung ke Nagekeo tepatnya di Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa guna meninjau petani persawahan Mbay sekaligus penyerahan kredit mikro merdeka. Senin (11/4/2022) kemarin.
Sebelumnya, kunjungan kerja yang sama juga telah dilakukan di sejumlah kabupaten diantaranya, Kabupaten Adonara, Larantukan, Maumere dan Ende.
Kesempatan itu, VBL sambutanya mengatakan, NTT merupakan provinsi dengan ketersediaan lahan kosong yang begitu luas dimana seharusnya menjadi daerah sumber pakan ternak dengan memanfaatkan menanam jagung.
VBL juga mengumpamakan pendapatan yang diraup oleh petani apabila lahan-lahan tersebut digunakan untuk menanam jagung.
"Kalau mau jual, selain beras mesti jagung. Karena apa, jagung itu bisa buat pakan ternak, kalau beras tidak bisa. Dan jagung ada jenis benih jagung untuk pakan ternak dengan produktifitas cukup tinggi. Rata-rata kalau satu hektare itu menghasilkan 7 ton, berarti tujuh kali 3 ribu saja, maka kita sudah bisa dapat 21 juta dikurangi pembiyaan maka hitungan bersih 15 juta dan 15 juta itu didapat kurun waktu 100 hari, " jelas VBL.
Menurut VBL tanam jagung lebih menguntungkan apalagi seperti daerah irigasi Mbay dimana bisa sampai dengan 3 kali tanam.
Disebutkan juga, jika ketersediaan lahan di Nagekeo dengan 3 ribu hektare dikalikan 7 ton berarti menghasilkan 21 ribu ton, dan 21 ton itu dikalikan 3 ribu maka akan mendapatkan hasil kurang lebih 60 miliar rupiah.
"Jadi menurut saya tanam jagung lebih untung bisa lebih kaya orang tanam jagun. Kalau tiga kali tanam apalagi air seperti Mbay begini itu akan luar biasa itu ajakan yang perlu dipikirkan. Nah kalau 3 ribu hektare kali dengan 7 ton maka ada 21 ribu ton. 21 ribu ton berarti sama dengan 21 juta kilo dan kalau dikalikan dengan 3 ribu, itu sekitar 60-an miliar, " sebutnya.
VBL menuturkan, NTT hingga saat ini belum memiliki pabrik pakan ternak sementara ketersediaan bahan baku memadai. Katanya lagi, setiap tahunnya NTT khusus untuk belanja pakan ternak ke pulau Jawa, itu nilainya kurang lebih satu triliun tupiah.
"Pabrik pakan ternak di NTT tidak ada sehingga menyebabkan pakan ternak kita ayam dan babi dalam satu tahun kita belanja ke pulau Jawa itu satu terliun rupiah.Kita sudah miskin kurang uang lagi. Jadi kalau piara ayam dengan piara babi, yang untung nomor satu itu pabrik. Sementara pakan ternak terbesar itu kedelai, " ucap VBL.
Tambahnya, bahan baku campuran pakan ternak seperti kelapa sudah ia amati selama kunjungan kerjanya di Flores. Dan rata-rata di setiap kabupaten memiliki pohon kelapa.
Menurutnya, tiga bahan baku membuat pakan ternak seperti kelapa, jagung dan kelor, semua ada di NTT dan apabila di olah dengan baik, maka, NTT tidak perlu lagi mengeluarkan uang triliunan ke Jawa hanya untuk belanja pakan tersebut.
"Kita punya banyak kelapa mulai dari adanora, tembus di maumere datang tadi di jamborea semua punya kelapa kita di flores ini banyak sekali kebun kelapa jadi kalau kita bisa siapkan itu dengan baik tambah kelor tambah jagung tambah kelapa sedikit minyak ikan itu nomor satu pakan ternak nomor satu. Semua ada di kita jadi tidak perlu keluarkan 1 triliun untuk buang ke Jawa, " optimisnya.